Umat Muslim di seluruh penjuru dunia saat ini sedang mempersiapkan diri untuk melaksanakan hari yang paling dinanti, setelah 30 hari penuh menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Hari besar yang diyakini sebagai momentum pensucian diri dan silahturahmi, yakni idul Fitri.
Ramadhan 1436 Hijriyah tahun ini, berawal pada 18 Juni 2015. Sebagaimana ajaran Islam, umat muslim berpuasa sepanjang siang hari dan ditutup saat matahari mulai terbenam. Mereka mulai menyantap hidangan untuk melepaskan rasa haus dan lapar, yang disebut 'berbuka puasa'. Makanan dan minuman untuk berbuka puasa umumnya yang dianjurkan oleh Rasulullah.
Tujuan berpuasa itu sendiri adalah membantu umat Muslim membangun interaksi yang lebih intens dan lebih dekat dengan Allah Ta'ala. Ini adalah sebuah metode untuk membangun karakter moral dan pembaruan spiritual umat Muslim selama sebulan di setiap tahunnya.
Pada saat itu, seorang Muslim belajar bagaimana untuk mengatakan 'tidak' pada apa pun yang biasanya diperbolehkan. Ramadhan adalah momentum membangun kesabaran dan pengendalian diri, agar seorang Muslim sanggup menghindari apa saja yang dilarang.
Tapi Ramadhan bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum. Umat Muslim juga ikut serta dalam berbagai kegiatan amal, seperti mengumpulkan uang, menyumbangkan pakai- an, dan mengatur buka puasa bagi mereka yang kurang beruntung.
Tahun ini, Ramadhan berakhir pada 6 Juli 2016 (1 Syawal). Pada saat itu, umat Muslim di seluruh penjuru dunia merayakan Idul Fitri. Mereka menggelar shalat Idul Fitri bersama di lapangan terbuka selanjutnya menemui keluarga, sahabat, dan kolega, dalam suasana gembira. Mereka menyampaikan kata maaf dengan kalimat-kalimat sangat indah, bahkan dengan berbagai cara unik.
Asal-Usul Idul Fitri
Sejak idul Fitri resmi menjadi hari raya umat muslim, tepatnya pada tahun 2 Hijriyah, umat muslim disunnahkan untuk merayakannya sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan 'jihad akbar' melawan hawa nafsu, selama bulan Ramadhan. Karena hakikat Idul Fitri adalah hari kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan.
Namun sebagian dari umat Muslim yang kritis bertanya-tanya, bagaimana asal-usul adanya Idul Fitri? Mengapa Idul Fitri perlu terlahir?
Jauh sebelum ajaran Islam turun, masyarakat Jahiliyah Arab ternyata sudah memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Dalam Ensiklopedi Islam tercatat bahwa Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno.
Pada suatu masa, ketika Muhammad SAW tiba di kota Madinah dan melihat masyarakat disana merayakan dua hari dimana mereka bisa bersenang-senang. Mereka menggelar hari raya itu dengan berpesta pora. Selain menari- nari, baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka bernyanyi dan menyantap hidangan lezat serta minuman memabukkan.
Lalu, bertanyalah Muhammad tentang apa yang sedang terjadi. Jawaban mereka adalah bahwa dua hari itu merupakan hari yang dipenuhi kesenangan. Saat itulah, Muhammad menentukan bahwa Allah SWT memiliki dua hari raya yang jauh lebih baik dari yang mereka rayakan, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada tahun 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha."
Setiap kaum memang memiliki hari rayanya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam kisah para Nabi dan Rasul, ia mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Puasanya Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah).
Jika merujuk pada hadis itu, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari rayanya. Namun kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah itu sanadnya dhaif.
Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki hari raya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi. Rasulullah bersabda;
"Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah SAW?" cetus Abu Bakar. "Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,’’
Shalat idul Fitri Yang Pertama Kali
Peringatan idul Fitri pertama kali dirayakan umat Muslim adalah selepas terjadi Perang Badar, (17 Ramadhan 2 Hijiriyah). Dalam pertempuran itu sebanyak 319 umat Muslim berhasil mengalahkan sebanyak 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah dan para sahabat merayakan dua kemenangan besar, yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa Ramadhan.
Diriwayatkan, Rasulullah dan para sahabat menunaikan shalat Id pertama dalam kondisi sangat letih dan belum pulih dari luka akibat perang. Beliau pun harus bersandar pada Bilal RA saat menyampaikan khutbahnya.
Menurut Hafizh Ibnu Katsir, pada Idul Fitri yang pertama itu, Rasulullah pergi meninggalkan masjid menuju ke tanah lapang dan menunaikan shalat Id di atas tanah lapang itu.
Sejak saat itu, setiap 1 Syawal, Rasulullah dan para sahabat menunaikan shalat Idul Fitri di lapangan. Umat Muslim melaksanakan shalat Ied di lapangan, namun menurut madzhab Syafi'i, bila tempatnya memungkinkan, lebih afdhal (lebih utama) shalat Ied di masjid sebagaimana di Masjid Nawabi, Masjidil Haram Masjid Istislal dsb. Selain itu, sebelum Idul Fitri tiba, umat Muslim diwajibkan membayar zakat fitrah.
Hingga saat ini, peringatan Idul Fitri telah dirayakan sebanyak 1.435 kali oleh masyarakat muslim di dunia. Uniknya, umat muslim di setiap negara di berbagai bangsa memiliki tradisi masing-masing dalam merayakan dan mengisi kegiatan pada hari raya itu.
Bahkan, di setiap daerah di masing-masing negara itu, mereka memiliki istilah sendiri untuk menyebut Idul Fitri, sebagaimana kita di Indonesia menyebutkannya dengan kata 'lebaran'.
Selebrasi idul Fitri di berbagai Negeri
Di negeri China
Islam telah berada di Negeri China selama tak kurang dari 1.400 tahun. Umat Muslim disana tersebar di setiap provinsi China, populasi mereka tumbuh dan berkembang hingga 2% dari penduduk China, mencapai lebih dari 20 juta orang. Setengah dari Muslim China adalah orang-orang Hui, yang etnis dan bahasa yang mirip dengan Han China.
Sisa dari Muslim China milik kelompok etnis minoritas di bagian barat negeri itu, disebut Qur'an Belt (Sabuk Quran). Umat Muslim minoritas ini telah dianiaya oleh pemerintah komunis selama beberapa dekade, dan terus memperjuangkan kemerdekaan mereka dalam memeluk agama Islam.
Meski pun demikian, perayaan Idul Fitri di China, dilaksanakan justru tampak meriah dan menggembirakan. Tepatnya di Xinjiang, kaum pria disana mengenakan jas khas dan kopiah putih, sementara wanita memakai baju hangat dan berhijab.
Selepas shalat Idul Fitri, mereka berdoa bersama dan menyantap berbagai hidangan istimewa. Tidak ketinggalan mereka menikmati sanzi makanan ringan yang menjadi favorit mereka. Bersama keluarga mereka saling mengunjungi untuk bersilaturahim.
Di India
Jumlah umat Muslim di India lebih besar dari negara Muslim mana pun, kecuali Indonesia. Ada sekitar 105 juta Muslim di India dari 750 juta atau mencapai 15% dari total penduduk India. Jumlah mereka sebenarnya lebih besar dari seluruh populasi Muslim di wilayah Timur Tengah.
Penganut Islam telah ditemukan di India sejak awal Islam. Ada legenda tradisi India mengatakan bahwa Islam mencapai Rajputana, di jantung India, pada jaman Rasulullah SAW. Namun ada pandangan lain bahwa Islam telah masuk India dalam 50 tahun setelah kematian Rasulullah.
Sejak itu Islam berakar di tanah India, menyebar ke Bangladesh dan Pakistan (Asia Selatan).
Saat Idul Fitri, umat Muslim di India umumya berkumpul di Jama Masjid di New Delhi untuk menunaikan shalat Idul Fitri. Masjid ini menjadi pusat perayaan Idul Fitri di New Delhi, mereka juga menghidangkan masakan khas istimewa yang disebut siwayaan, yakni campuran bihun manis, buah kering dan susu, yang dihidangkan dalam berbagai bentuk dan variasi warna.
Malam sebelum Idul Fitri disebut Chand Raat, atau malam bulan umat Muslim, umat disana mengunjungi bazar dan swalayan, berbelanja bersama keluarga mereka. Remaja perempuan sering satu sama lain mengecat tangan mereka dengan bahan tradisional hennadan serta memakai rantai yang warna-warni.
Bangladesh dan Pakistan
Tradisi populer di Bangladesh dan Pakistan selama Idul Fitri adalah dengan mengucapkan Eid Mubarak kepada yang lain. Anak-anak didorong untuk menyambut para orang tua untuk bersalam. Dalam penyambutan ini, mereka pun berharap untuk memperoleh uang, yang disebut Eidi, dari para orang tua.
Pagi hari Idul Fitri, setelah mandi dan bersih, setiap Muslim dianjurkan untuk mengenakan pakaian baru, atau mengenakan pakaian yang rapi dan bersih.
Orang tua dan anak laki-laki pergi ke masjid atau lapangan, tradisi ini disebut eidgah, shalat Ied dan terimakasih kepada Allah SAW karena diberi kesempatan beribadah Ramadhan dengan penuh arti.
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam
Di Malaysia, Singapura, dan Brunei, Idul Fitri dikenal juga dengan sebutan Hari Raya Puasa atau Hari Raya Aidil Fitri.
Umat Muslim di Malaysia dan Singapura turut merayakannya bersama masyarakat Muslim di seluruh dunia. Sama halnya dengan di Indonesia, pada malam sebelum Idul Fitri selalu lakukan kumandang takbir di masjid ataupun mushala, yang mengungkapkan kemenangan dan memuji kebesaran Allah SWT.
Kedua negara ini juga memiliki tradisi mudik dan pulang ke kampung halaman serta ada pemberian sejumlah uang oleh para orang tua kepada anak-anak mereka, yang dikenal dengan sebutan 'duit raya'.
Di Arab Saudi
Di Riyadh Arab Saudi, umat Muslim mendekorasi rumah saat Idul Fitri tiba. Banyak perayaan digelar seperti teater, pembacaan puisi, parade, pertunjukkan musik, dan sebagainya. Degan suasana yang kekeluargaan mereka menyantap masakan daging domba yang dicampur nasi dan sayuran tradisional. Tradisi ini juga dilakukan umat Muslim di Sudan, Suriah, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.
Di Turki
Di negeri ini, Idul Fitri dikenal juga dengan sebutan Festival Gula dan Seker Bayram (dari bahasa Turki). Biasanya setiap orang akan saling mengucapkan "Bayramınız Kutlu Olsun", "Mutlu Bayramlar", atau "Bayramınız Mübarek Olsun". Kemungkinan ini muncul karena tradisi mereka yang saling mengantarkan manisan di Idul Fitri. Seperti tradisi sungkem di Indonesia, anak kecil disana juga bersalaman dan sembah sujud kepada orangtuanya.
Pada Idul Fitri, umat Muslim di Turki memiliki tradisi dengan mengenakan pakaian terbaik mereka (Bayramlik) dan mengunjungi orang-orang yang mereka kasihi seperti keluarga, tetangga, dankerabat mereka serta menziarahi makam keluarganya yang telah tiada.
Anak-anak kecil juga biasa mengunjungi tetangga sekitarnya untuk mengucapkan salam, mereka biasanya diberi cokelat, permen tradisional seperti baklava dan lokum, atau sejumlah kecil uang.
Di Rusia
Menjelang sholat Idul Fitri tiba, masjid yang paling banyak didatangi oleh umat Muslim Moskow ialah Masjid Agung yang berlokasi di Prospekt Mira dan Masjid Memorial di Poklonnaya Gora. Sejak pukul 05.00, jalan utama kota ditutup demi keamanan, masjid itu sudah dipenuhi jamaah. Jelang pukul 06.00, halaman masjid dan sekitarnya dipenuhi umat yang hendak beribadah shalat Id bersama.
Di Moskow terdapat 165 ribu umat Muslim yang ingin merayakan Idul Fitri. Jumlah itu meningkat 15 ribu dari tahun lalu. Mufti Moskow dan wilayah Sentral Rusia Albir Krganov memperkirakan saat ini jumlah jamaah mencapai 230 ribu orang.
Sukarelawan Tajikistan, Uzbekistan, Azerbaijan, dan negara Muslim lainnya tampak bergabung ke dalam barisan pengamanan massa. Mereka mem- bantu jamaah memarkir kendaraan, menunjukkan jalan ke tempat ibadah, menjawab pertanyaan tamu serta mencarikan tempat yang masih luang.
Adam Bakhidov (42) seorang jamaah bercerita, "Saya datang ke masjid di Poklonnaya Gora dan tahu bahwa masjid tersebut akan disesaki banyak orang. Namun, saya ingin merasakan kebersamaan dan persaudaraan di hari Idul Fitri. Saya merasakan suasana yang suci di masjid ini, salam tangan yang hangat, senyuman lebar, saling memberi selamat satu sama lain, bahkan dengan orang asing sekali pun,” tutur Bakhidov.
Ditulis oleh Erwin E Ananto
internasional
Sejarah dan Selebrasi Idul Fitri di Berbagai Belahan Bumi
Sejak idul Fitri resmi menjadi hari raya umat muslim, tepatnya pada tahun 2 Hijriyah, umat muslim disunnahkan untuk merayakannya sebagai ungkapan rasa syukur atas kemenangan 'jihad akbar' melawan hawa nafsu, selama bulan Ramadhan. Karena hakikat Idul Fitri adalah hari kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Namun sebagian dari umat Muslim yang kritis bertanya-tanya, bagaimana asal-usul adanya Idul Fitri? Mengapa Idul Fitri perlu terlahir?