Kementerian Agama (Kemenag) membangun langkah strategis dalam persiapan dini penyelenggaraan haji 2016. Langkah itu adalah dengan melakukan percepatan evaluasi penyelenggaraan haji 2015.
Evaluasi penyelenggaraan komprehenship ini dilakukan pasca seminggu operasional haji berakhir, 3-5 November di Jakarta yang diikuti unsur yang berperan langsung dalam penyelenggaraan.
Pada momentum evaluasi itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mencatat sedikitnya ada tujuh capaian yang harus dipertahankan pada penyelenggaraan ibadah haji tahun depan.
Pertama, Kebijakan Pelunasan Dalam Dua Tahap
"Kebijakan ini bisa menyerap seluruh kuota yang ada. Tidak ada lagi sisa kuota yang digunakan oleh yang bukan berhak. Di 2015, kebijakan ini dinilai baik dan adil sehubungan antrian jemaah yang panjang," tegas Menag saat memberikan sambutannya dalam evaluasi penyelenggaraan haji 2015 di Jakarta, Selasa siang (03/11).
Terkait pelunasan, Kemenag telah menerbitkan PMA 28/2015 tentang Pembayaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler Tahun 1436H/2015M. PMA ini mengatur bahwa pembayaran BPIH akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada 1 – 30 Juni 2015. Apabila sampai dengan tanggal 30 Juni 2015 kuota jemaah haji tidak terpenuhi, dibuka tahap kedua pembayaran BPIH dari 7 – 13 Juli 2015.
Jika sampai tanggal 13 Juli kuota jemaah haji tidak terpenuhi, maka sisa kuota haji dikembalikan ke masing-masing provinsi dan atau kabupaten/kota untuk diisi sesuai dengan nomor urut porsi berikutnya sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja sebelum penutupan proses pemvisaan di Kedutaan Besar Arab Saudi. PMA ini juga mengatur kriteria jemaah haji yang berhak untuk melakukan pelunasan BPIH.
Kedua, Kebijakan Kedatangan Jemaah Haji Gelombang Pertama
Pemberangkatan jemaah haji dengan pola baru tahun ini berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu Ada esensi dan urgensi dalam pola ini. Kenyamanan, efesiensi, dan tidak menguras energi jemaah haji tercapai. Gelombang pertama berangkat dari Tanah Air langsung menuju Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah. Sedangkan gelombang kedua langsung menuju bandara King Abdul Azis International(KAAI) Jeddah.
“Kebijakan kedatangan jemaah haji gelombang pertama melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, di 2016, kebijakan ini harus dipertahankan,” tegasnya.
Ketiga, Hotel di Mekkah dan Madinah Setara Hotel Bintang Tiga
Persoalan hotel atau pemondokan jemaah haji sering menjadi kritisi pada setiap penyelenggaraan sebelumnya, bahkan puluhan tahun lebih persoalan ini belum tertangani dengan baik. Tahun ini pemondokan jemaah haji di Madinah bersistem sewa semi musim dan kontrak dengan pemilik langsung.
Jelas tempatnya, jelas lama masa tinggalnya dan jelas jaraknya. Seluruh pemondokan jemaah berada di wilayah Markaziah yang berjarak 650 meter dari Masjidil Nabawi. Perolehan pemondokan di Madinah ini setaraf dengan hotel yang disewa jemaah haji khusus.
Begitu juga dengan pemondokan Mekkah, pemondokan jemaah haji di Mekkah membuat jemaah haji nyaman apalagi dengan penempatan jemaah haji dikonsentrasikan pada enam titik wilayah, yakni; Jarwal, Syisha, Mahbas Jin, Aziziyah, Misfalah dan Raudhah.
Pemusatan pemondokan haji pada enam wilayah ini dapat memobilisasi jemaah dari pemondokan ke Masjidil Haram dengan mudah dengan kelengkapan yang diberikan melalui transportasi Bus Salawat.
“Praktis tidak ada keluhan mendasar dari jemaah terkait hal ini,” kata Menag.
Keempat, Upgrade Transportasi Antar Kota Perhajian
Jemaah haji dari Mekkah-Jeddah dan Mekkah-Madinah dilayani dengan transportasi antar kota perhajian yang telah di upgread. Bus yang telah di upgread ini berfasilitas reclining seat, ruang kabin yang lebih longgar, bagasi di bawah bus, toilet, dan penyejuk udara (ac).
Semua bus yang digunakan di pastikan dalam kondisi baik dan bagus. Transportasi ini, saat pemberangkatan jemaah dari Madinah menuju Mekkah sempat mengalami kendala, dan kendala ini yang dibijaki dengan memutuskan langkah strategis untuk melakukan upgread. Upgread ini akan menjadi nilai penting dalam penyelenggaraan ke depan.
Kelima, Layanan Katering
Inovasi baru dalam layanan katering kepada jemaah haji pada operasional 2015 adalah dengan memberikan layanan katering gratis selama 15 hari di Mekkah. Sebelumnya seluruh penyedia katering dilakukan uji kelayakan menu, dan penyedia yang melanggar kesepakatan akan ditindak, dan bagi yang berkinerja baik diapresiasi dan dicatat untuk penyelenggaraan berikutnya.
Ada metode evaluasi melekat saat pelaksanaannya untuk menjamin mutu dan kualitas layayan yang diberikan kepada jemaah haji baik saat di Madinah, Makah maupun proses Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).
Saat di pemberangkatan di Tanah Air, jemaah haji diberikan makan tiga kali plus snack dua kali. Tiba di Tanah Air diberikan snack satu kali. Saat di Bandara Jeddah dan Madinah baik masa kedatangan dan pemulangan di bandara Jeddah-Madinah, jemaah diberikan makan masing-masing satu kali. Jemaah di Madinah diberikan makan dua kali (siang dan malam) selama di Madinah plus kelengkapan minuman dan snack berat.
Begitu juga ketika saat Armina, konsumsi sebanyak 15 kali makan di Arafah sebanyak empat kali mulai pada tanggal 8 Dzulhijjah malam. Muzdalifah sebanyak satu kali (snack berat) dibagikan di Arafah pada saat menjelang keberangkatan menuju Muzdalifah dan di Mina sebanyak 11 kali makan. Kecukupan air mineral juga disediakan apalagi dalam kondisi suhu di Arab Saudi panas.
“Secara umum, saya merasa katering relatif baik. Memang ada yang wanprestasi, tapi itu akhirnya kita hentikan,” katanya.
Keenam, Karpet baru dan Penyejuk Udara di Armina.
Tidak didapati lagi ada karpet jemaah haji yang kumuh dan lusuh saat di Arafah. Inovasi layanan ini memberikan kenyamanan kepada jemaah saat proses Wukuf. Selain itu, saat suhu panas di Arab Saudi penyediaan penyejuk udara juga sangat membantu jemaah dalam beribadah.
“Di Arafah, seluruh karpet sudah diperbaharui sehingga tidak kumuh dan lusuh. Juga ada penyejuk udara yang sangat membantu jemaah,” jelasnya.
Ketujuh, Aplikasi Haji Pintar
Aplikasi ini memberikan kemudahan dalam mengupdate perkembangan informasi. Aplikasi ini juga pernah beberapa hari menduduki pringkat pertama di google playstore saat operasional haji, banyak yang memanfaatkan layanan haji di dalamnya. Sebagai contoh, ada jemaah haji asal Jakarta yang tertinggal saat rombongannya dari Madinah akan menuju Mekkah.
Dengan layanan Haji Pintar, beberapa jemaah haji asal Jakarta ini dapat menghubungi petugas dan akhirnya dapat menuju Mekkah dan bergabung kembali dengan rombongannya. Kedepan aplikasi ini akan lebih dimutakhirkan dengan cara diintegrasikan dengan Siskohat.
“Aplikasi haji pintar sangat informatif dan sangat membantu. Harus dipertahanakan dan dikembangkan contentnya,” tandas Menag.
jumrahonline - Sumber: Kementerian Agama RI