Imam Al Qurthubi menceritakan bahwa suatu hari kala Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu masih menjabat sebagai Khalifah, tanpa sengaja ia berjumpa dengan seorang wanita tua di jalan. Saat itu, sang Khalifah sedang menunggang kuda diiringi banyak orang yang juga menunggang kuda.
Dalam pertemuan saat itu, nenek itu memanggilnya dan memintanya berhenti, dan Umar pun berhenti. Lalu ia bercakap dan menasihati Umar lama sekali.
Kepada Umar ia mengatakan, "Hai Umar, dulu kau dipanggil Umair (Umar kecil), lalu engkau dipanggil Umar, dan kemudian engkau dipanggil Amirul Mukminin, maka bertaqwalah engkau, wahai Umar. Karena barang siapa yang meyakini adanya kematian, ia akan takut kehilangan kesempatan. Dan barang siapa yang meyakini adanya perhitungan (amal), maka ia pasti takut kepada siksa."
Umar bin Khattab berdiri terpaku cukup lama menyimak nasihatnya itu. Hingga setelah beberapa waktu, ada seorang yang bertanya kepada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau mau berdiri seperti itu untuk mendengarkan wanita tua renta ini?"
Umar pun menjawab, "Demi Allah, kalau sekiranya beliau menahanku dari permulaan siang hingga siang ini berakhir, aku tidak akan bergeser kecuali untuk shalat fardhu. Tahukah kalian siapa perempuan renta ini?"
"Dia adalah Khawlah binti Tsalabah. Allah Ta'ala mendengar perkataannya dari atas tujuh lapis langit. Apakah Tuhan semesta alam mendengarkan ucapannya, tetapi lantas Umar tidak mendengarkannya?"
Khawlah binti Tsa’labah bin Ashram, demikian nama wanita itu. Ia berasal dari kaum Anshar. Do'a dan gugatannya itu didengar oleh Allah Ta'ala hingga menjadi sebab turunnya Surat Mujadalah ayat 1-4.
Kisah ini tidak hanya menunjukkan kemuliaan Khaulah, perempuan tua itu, melainkan juga keindahan adab Umar, sang Khalifah yang sangat santun.
jumrahonline | jumrah.com